Riwayat kejayaan PTG sudah lama selesai. Sejak tahun
1995 kegiatan operasional pabrik tenun itupun dihentikan. Bahkan pabrik tenun
peninggalan Belanda itu, kini sudah hancur dibongkar habis, hingga rata dengan
bumi. Dan kini diatas lahan bekas pabrik peninggalan Belanda yang bersejarah
itu kini sudah berdiri sebuah bangunan mewah yang bernama Mal Garut. Sebelum pembongkaran pabrik pada tahun 2005
tersebut dilakukan, orang tak banyak lagi terusik membincang keberadaan PTG.
Namun awal bulan Agustus 2005 lalu, lokasi pabrik tenun yang pernah kondang
dengan nama PBW pimpinan G Dalenord itu, kembali membangkitkan pusat perhatian
dan perbincangan orang. Seketika saja warga Kota Garut tersentak. Heboh
berguncang dari PTG !.
Tak lain, lantaran sebuah gua kuno peninggalan tempo
doeloe, ditemukan di balik areal lokasi pabrik itu. Peristiwanya tergelar, saat
bangunan pabrik tenun raksasa di Jalan Guntur, Garut itu tengah
dihancur-leburkan. Sungguh terkesan laksana kisah dalam dongeng klasik di abad
modern. Dikuatkan lagi dengan letak mulut gua di dalam ruangan produksi, yang
tertutup kayu dan meja kerja. Hampir satu abad gua itu tersembunyi. Selama itu
pula, keberadaan gua PTG tak pernah mengemuka! Luput dari penciuman orang,
bagai rahasia panjang dibalik sejarah kemashuran PBW, yang jadi milik RI sejak
tahun 1959. Tanggal 14 September 1964, pabrik tenun itu diserahkan ke Pemda
Provinsi Jawa Barat, sekaligus berganti nama menjadi “PTG Ampera I”
Kenyataan nestapa kemudian terhampar, setelah pabrik
tenun seluas 13,5 ha yang berganti nama PD “Kerta Paditex”, kelangsungan PTG
dalam putaran tahun 1985, berlanjut menerbitkan masa suram. Bangunan PTG pun
terlantar di kawasan jantung kota kabupaten ini, hingga bermuara pada
penghancuran asset bangunan legendaris Garut itu. Tak banyak orang yang tahu,
jika dibalik keberadaan dan kejayaan yang pernah dicapai PTG, tersimpan
bentangan jalan terowongan bawah tanah atau yang lebih popular dengan sebutan
gua. Heboh tentang gua PTG mengembangkan banyak Tanya untuk apa gua itu
dibangun ? Benarkah jalan terowongan bawah tanah ? Terus kemana tembusnya ?
sumber: majalah Wahana Trans Edisi XIV tahun II Oktober_2005
PTG sebelum diratakan dengan tanah
Jalan Terowongan
Hingga saat ini, sayangnya tidak ada penelitian
terhadap keberadaan gua tersebut. Sebuah gua kuno yang berada dalam kondisi
masih utuh, walau berbalut kotor. Dari arah pintu gerbang PTG, gua itu berada
di ruangan ukuran 7x15 meter. Tepat di bagian depan sebelah kiri. Pintu gua
terletak di sudut ruangan., yang hampir membatas ke ruas lintasan Jalan Guntur.
Dari mulut gua itu,. Orang bisa masuk ke bawah tanah, menuruni belasan anak
tangga yang berbelok ke lorong utama, dan memanjang sekitar 40 meter. Lebar
antar dinding gua yang diperkirakan sekitar 3 meter itu, terus menyempit hingga
1,25 meter. Tak ditemukan lampu penerang maupun ventilasi. Langit-langitnya
setinggi 2,5 meter membentuk kubah, berhias sengkedan bernuansa artistik.
Lorong goa terbentang panjang. Bentangan lorong
utamanya bercabang delapan lorong ke arah kanan sepanjang 7 meter, lebar 75 cm
dan tinggi 2 meter. Keterangan yang berhasil dikumpulkan menyebutkan, lima dari
delapan lorong itu, tersambung ke beberapa lorong lainnya. Pada lorong utama
kedua, memiliki panjang 25 meter dengan tinggi dan lebar yang tak jauh berbeda
dengan lorong utama yang pertama. Di sepanjang lorong gua, banyak ditemukan
tumpukan plastic pembungkus kain tenun PTG, dan logo sarung Cap Padi sebagai
merk dagang yang menjayakan nama pabrik tenun ini sejak dikenal bernama PBW.
Namun sayang sekali, pihak pengembang yang menangani
pembangunan Mal Garut itu, nampaknya tidak menaruh kepedulian untuk pelestarian
gua. Dan kini pintu masuk menuju gua bawah tanah tersebut nampaknya sudah
terkubur oleh bangunan megah bernama Mal Garut itu. Padahal, keberadaan gua kuno
tersebut bisa menjadikan Mal tersebut sebagai wisata belanja dan juga wisata
situs.
Gua di balik bekas lokasi PTG, sebenarnya jalan
terowongan bawah tanah. Tapi sepanjang riwayat kelangsungan pabrik tenun yang
pernah dijuluki raksasa Asia Tenggara di tahun 1962 itu, sedikit sekali orang
dalam yang mengetahuinya. Kalaupun ada beberapa karyawan PTG yang mengaku
mengenal gua itu sejak lama, namun mereka belum pernah boleh memasukinya.
sumber: majalah Wahana Trans Edisi XIV tahun II Oktober_2005
Ketika PTG sudah benar-benar rata dengan tanah
Siapa sangka, jika mulut gua itu bukan hanya di
areal lokasi pabrik ? Ternyata di balik hamparan areal mess PTG, yang
bersebrangan dengan pabrik tenun itu, tersimpan pula mulut gua lainnya.
Seberapa besar kebenarannya ? Simak saja
ungkapan R Tata Ampera, putera bungsu dari mantan direktur pertama PTG, (alm) R
Lomri. “Seingat saya, di rumah mess PTG itu ada sebuah kamar, yang tidak boleh
sembarang orang masuk. Kamar itu seperti ruangan rahasia, yang hanya boleh
dimasuki bapak saya…” kenang R Tata Ampera yang akrab di sapa Eeng.
Pengorbanan Bapak
14 September 1964 bukan hanya saat pelantikan
direktur PTG. “Hari itu juga momentum penting kelahiran saya. Ibu saya bilang
saya lahir subuh menjelang pagi itu bapak dilantik sebagai Direktur pertama PTG
Ampera I…” ungkap Eeng sambil membuktikan KTP-nya. Benar disitu tertulis nama R
tata Ampera dan tanggal kelahiran yang sama dengan saat pelantikan direktur
pertama PTG Ampera I tersebut. Eeng mengaku orang tuanya btak banyak cerita
soal keberadaan, dan kegunaan lorong bawah tanah di balik pabrik itu.
sumber: majalah Wahana Trans Edisi XIV tahun II Oktober_2005
Mulut Gua Kuno PTG
Ia juga mengaku pernah beberapa kali diajak ayahnya memasuki kamar rahasia tersebut. “tapi itupun waktu saya masih kecil, dan belum sekolah! Saya memang ingat-ingat lupa… Di dalam kamar itu ada pintu ke bawah tanah. Saya dan bapak terus berjalan, hingga keluar menembus pabrik….” Samar membayang dalam kenangannya, Eeng dituntung ayahnya yang menyusuri jalan terowongan sambil menyalakan lampu senter. Dalam suasana malam, Eeng menyaksikan kesibukan tugas ayahnya mengontrol PTG, yang terkadang pulang larut malam. Cuma itu saja yang dilihat dan diingatnya.
“Orang tua saya bilang sih, jalan bawah tanah itu
tembus juga ke Pendopo Garut dan Hotel Villa Dolce… Sayang, bapak saya sudah
tiada, jadi saya pun tidak tahu pasti buat apa terowongan bawah tanah itu…”
Nestapa tentang nasib PTG terbentang lara yang 6
tahun kemudian berganti rupa menjadi sebuah Mal. Memang senasib dengan Hotel
Villa Dolce di Jalan Melati yang konon tersambung lorong terowongan bawah tanah
dari pabrik tenun itu. Kini sejarah kemashuran Villa Dolce tempo doeloe, yang
bergengsi tinggi diantara Hotel papandayan maupun Grand Hotel “Tjisoeroepan” di
Kecamatan Cisurupan, terbingkai ke dalam keemasan kepariwisataan Garut masa
silam. Semua perhotelan yang jadi Asset Garoet Pangiroetan itu, porak poranda
akibat dihantam kecamuk Perang Dunia II. Puing-puing lokasi Villa Dolce yang
pernah tersekap kemeranaan panjang berselimut semak belukar itu, lalu berganti
wajah menjadi Gedung Islamic Centre yang kini juga telah porak poranda,
dihancurkan untuk sebuah kepentingan. Letaknya berada tepa di depan kantor
Disperindag, Jalan Pramuka, Garut.
Betapapun, masa kejayaan Villa Dolce dan jalan
terowongan bawah tanah dari PBW, mengusik keterkaitan yang masih misteri.
Akankah, suatu saat nanti jejak sejarah itu ditelusuri untuk memastikan
kebenaran? Atau, harus terbiarkan karena kalah bersaing dengan kepentingan lain
? belum tuntas tentang keberadaan gua PTG, temuan lain pu datang mengembang. Tak lain, lantaran lorong
panjang bawah tanah itu membuka banyak simpang jalan yang misterius, yang
selama ini tak pernah terungkap. Tanya-tanya itu akan berkepanjangan, hingga
buntu terkubur perguliran masa. Ini kenyataan buruk yang sudah terjadi akibat
pengembang Mall di areal bekas PTG, berpaling dari angan Pemda Garut.
7 comments:
Seperti Kata/ lirik dalam sebuah lagu nasional.....yang diplesetkan artinya ..Itulah Indonesia..hehhee, penghancuran Asset ex. kolonial/ bangunan kuno.. terjadi dimana-mana/ setiap kota, ya mungkin "kepentingan rakyat" lebih utama daripada sebuah asset sejarah wakakakaka........
Miris memang...padahal bisa jadi wisata yg bisa memajukan garut...peninggalan nenek moyang yg seharusnya di lestarikan
Tp sayang mlh di tutup.
Di gantikan bangunan yg moderen.
Tempat legendaris itu harus bangkit harus menjadi wisata bawah tanah yang terjaga terawat.. mohon saya sama allah SWT semoga ada perhatian khusus untuk lokasi goa tersebut, karna saya pernah menginjakan kaki di lorong gua itu..pada taun 2005, mohon dengan sangat semoga di ungkap untuk kemajuan Garut sendiri..
nenek saya ibu halimah, kakek saya bapak sumpena dan uwa saya ibu aisyah mantan pegawai PTG.. banyak kenangan ketika tinggal dirumah dinas di komplek PTG
Duh jadi ingat masa lalu,dulu tempat itu pernah di sewakan buat penyimpanan barang/gudang.seberangnya ada aula semacam gedung serba guna untuk kegiatan pernikahan atau pertemuan lainnya,dipinggir exs ptg itu ada lapang tenis,.
Sekarang mah tinggal kenangan,.
Kang punya foto² nya lagi gak ?
lorong gua nya sudah dibongkar dan sudah menjadi mall baru ciplaz
Post a Comment