Saturday, July 2, 2011

Cigawiran

Sama halnya seperti Cianjuran dari Cianjur dan Ciawian dari Tasikmalaya, Cigawariran merupakan salah satu jenis tembang Sunda yang berasal dari Desa Cigawir, Kecamatan Selaawi, Garut. Dibandingkan dengan jenis-jenis tembang Sunda lainnya, Cigawiran memiliki karakteristik dan kekhasan tersendiri dan berkembang dilingkungan yang khusus pula. Kesenian ini tergolong Sekar Merdika. Tembang Sunda yang satu ini berkembang di lingkungan pesantren dan dijadikan sebagai media untuk berdakwah.



Hasil penelitian menunjukan bahwa kesenian ini diciptakan oleh Raden Haji Jalari dan  telah ada sejak tahun 1713. Kesenian ini awalnya berkembang di lingkungan keluarga pesantren. Biasanya tembang ini dipelajari setelah mengaji. Pada periodisasi awal, syair-syairnya sangat kental dengan syiar Islam.

Pada perkembangan yang selanjutnya, tembang Cigawiran lebih dikenal oleh masyarakat luas diluar pesantren karena usaha-usaha yang dilakukan oleh beberapa tokoh-tokohnya, yaitu R. Abdullah Usman, R. Moch Isya, R. Mochamad Amien, R. Iyet Dimiyati, dan R. Agus Gaos.Syairnya pun mengalami pelebaran tema yaitu mengandung berupa kritik social, pepatah, pergaulan yang bersifat humoris dan tentunya dakwah Islamiyah.

Jika jenis tembang sunda yang lainnya diiringi instrumen musik, jenis tembang sunda yang satu ini tidak diiringi instrument musik, walaupun masih menggunakan laras pelog, salendro, madenda, dan mataraman yang terdapat dalam karawitan Sunda. Karena lahirnya di lingkungan pesantren, kesenian ini sangat dipengaruhioleh sosok ulama dan cenderung kukuh pada nilai agama dan tradisi yang kuat.

0 comments:

Post a Comment