Tokoh yang satu ini tidak hanya dikenal sebagai tokoh Garut saja, bahkan tokoh ini dikenal juga sebagai tokoh nasional yang telah berjasa ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Arudji lahir di Garut, 5 Mei 1905
. Setelah ia menamatkan sekolahnya di HIS ia melanjutkan sekolahnya ke Mulo (sederajat dengan SMP) di Bandung. Setelah lulus sekolah, ia menjadi guru, setelah itu ia menjadi kepala sekolah di SD Sarekat Islam Garut. Sejak saat usia muda pun ia sudah aktif dalam gerakan kebangsaan, terutama di Sarekat Islam yang kemudian menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia).
. Setelah ia menamatkan sekolahnya di HIS ia melanjutkan sekolahnya ke Mulo (sederajat dengan SMP) di Bandung. Setelah lulus sekolah, ia menjadi guru, setelah itu ia menjadi kepala sekolah di SD Sarekat Islam Garut. Sejak saat usia muda pun ia sudah aktif dalam gerakan kebangsaan, terutama di Sarekat Islam yang kemudian menjadi PSII (Partai Sarekat Islam Indonesia).
Karena kegistsn dan juga keaktifannya di SI, Arudji kemudian dipilih menjadi ketua PSII. Awalnya ia dipilih menjadi ketua PSII tingkat Garut, kemudian ia menjadi ketua PSII di tingkat Jawa Barat. Bahkan akhirnya ia menjadi wakil Ketua LajnahTanfidjiah PSII di tingkat Nasional.
Ketika Arudji masih di Garut, ia sempat menerbitkan mingguan Balatentara Islam, yang banyak memberikan kegiatan dan gerakan Sarekat Islam, termasuk memberikan hasil-hasil rapat Sarekat Islam agar dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Pada zaman Jepang, Arudji bergabung dengan pasukan Peta (Pembela Tanah Air). Ia kemudian diangkat menjadi Daidancho (Komandan) Peta di Cimahi. Karena kariernya di Peta, setelah Indonesia merdeka, ia diangkat menjadi Komandan BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang kemudian menjadi TKR ( Tentara Keamanan Rakyat) Divisi III Jawa Barat. Divisi inilah yang menjadi cikal bakal Divisi Siliwangi.
Ketika dibentuk Kabinet Syahrir, Arudji terpilih menjadi Menteri Muda Pertahanan. Akibat perjanjian Renville, tahun 1948 pasukan TNI harus ditarik ke Yogyakarta. Arudji ditunjuk menjadi Ketua panitia Hijrah TNI yang harus memindahkan tentara kita dari daerah-daerah yang dikuasai Belanda ke wilayah Republik.
Arudji pernah juga menjadi anggota DPR RIS ( Republik Indonesia Serikat). Setelah Pemilu tahun 1955, Arudji terpilih menjadi kembali menjadi anggota DPR RI wakil dari PSII. Karirnya tidak berhenti sampai disitu. Tahun 1960, ia terpilih menjadi anggota DPR GR (Gotong Royong), dan berakhir diangkat menjadi anggota DPA ( Dewan Pertimbangan Agung) pada tahun 1966 hingga 1968.
Arudji Kartawinata meninggal dunia pada pada tanggal 13 Juli 1970 di Jakarta setelah menderita radang otak. Jenazahnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
2 comments:
salam untuk warga garut sadayana, maju terus warga garut !
nuhun kang suportna :D
Post a Comment