Candi cangkuang merupakan candi yang paling awal ditemukan di tatar sunda. Candi yang ditemukan di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Garut ini memiliki ukurang 4,5 x 4,5 meter dan tinggi 8,5 meter. Sedangkan di dalam candi terdapat ruangan yang memiliki luas hanya 1,5 x 1,5 meter dan tingginya hanya 2 meter. Candi yang diberi nama Candi cangkuang ini letaknya berada di tengah-tengah situ atau telaga Cangkuang yang kemudian nama tersebut juga dijadikan nama desa setempat.
Candi yang di dalamnya terdapat patung Syiwa yang memiliki tinggi 40 cm ini merupakan candi peninggalan Hindu yang diperkirakan berasal dari zaman Raja Sanjaya yang berkuasa pada abad ke-8.
Sampai awal tahun 1960-an, candi Cangkuang hanya ditemukan reruntuhannya saja. Pada tanggal 9 Desember 1966, reruntuhan candi tersebut mulai diteliti oleh seorang arkeolog yang bernama Drs. Uka Tjandrasasmita. Penelitian tersebut dilakukan setelah ia membaca buku orang Belanda, yaitu Notulen Batavia Genootschap yang berisi informasi tentang Candi Cangkuang.
Penelitian kemudian dilajutkan pada tahun 1967-1968. Setelahnya, Candi Cangkuang direkontruksi berdasarkan pada pola batu yang berserakan. Akhirnya candi tersebut bisa dibangun kembali seperti bentuknya yang sekarang.
Namun pembangunan kembali Candi Cangkuang itu dianggap kontroversial karena sebagian batu-batu yang tidak ditemukan digantikan menggunakan batu yang baru. Menurut sebagian para ahli bentuk dari Candi Cangkuang yang sekarang kemungkinan tidak sama dengan bentuk Candi Cangkuang yang Asli. Dan juga tahun pembuatan candi ini juga masih menjadi perdebatan. Candi ini sekarang menjadi salah satu tujuan wisata di Garut yang banyak dikunjungi oleh wisatawan, terutama pada haru-hari libur.
0 comments:
Post a Comment