Batu lumpang merupakan sebuah sebutan oleh masyarakat setempat untuk sebuah situs kuno punden berundak yang merupakan peninggalan prasejarah yang terletak di Desa Sukasari, Kecamatan Banyuresmi, Garut yang tidak jauh dari kompleks makam Haji Hasan Arif. Situs yang terletak di sebuah bukit dengan ketinggian 680 meter ini disebut lulumpang oleh masyarakat sekitar.
Punden berundak digunakan untuk pemujaan. Punden berundak ini banyak ditemukan di daerah lainnya di Jawa Barat, bahkan masih ada yang ditemukan dalam keadaan utuh.
Peninggalan prasejarah ini mulai diteliti secara serius oleh Balai Arkeologi Bandung mulai pada tahun 1994. Pada situs ini banyak ditemukan batu yang disinyalir digunakan untuk tempat pemujaan dan untuk kontruksi bangunan. Dari sekian batu banyak batu-batu yang berserakan yang ditemukan, beberapa diantaranya memiliki lubang yang mirip dengan lubang lumpang (alat untuk menumbuk) yang kemudian dikenal dengan sebutan batu lumpang.
Di situs sejarah ini terdapat dua punden. Punden pertama ditemukan tiga buah batu lumpang yang letaknya berjajar dari timur ke barat dengan jarak antara batu-batu tersebut yaitu sekitar 6-7 meter. Secara umum bentuknya tidak beraturan, namun nampak lubang-lubang yang dibuat secara rapi dengan diameter antara 23-45 cm diatas permukaan yang datar. Sementara pada punden kedua ditemukan batu menhir (batu berdiri) yang letaknya di sebelah selatan dari batu punden pertama. Tidak jauh dari tempat itu, ditemukan juga batu obsidian yang menunjukan bekas pakai.
Situs kuno ini awalnya hanya sebuah kebun milik seorang penduduk Sukasari yang ditumbuhi pohon-pohon jati dan sebagiannya ditanami tanaman palawija seperti tomat dan cabai. Kini situs bersejarah ini sudah menjadi situs yang dilindungi berdasarkan UU No. 5 tahun 1992 tentang Cagar Budaya.
0 comments:
Post a Comment